Oct 17, 2006

“MERAJUT UKHUWAH MEMBANGUN PERADABAN”

Sudah pernahkah para pembaca yang budiman membaca, mendengar atau melihat ungkapan diatas yang saya tulis sebagai judul dari coretan ini? Saya secara jujur menjawabnya belum. Tapi ungkapan tersebut dia atas sejak bulan september 2006 kemarin semakin sering menghiasi percakapan saya. Bahkan telah menghipnotis para aktivis RTA untuk bergerak, bertransformasi, membangun komitmen untuk bersama-sama membangun RTA mewujudkan impian indahnya dihari esok….
MERAJUT UKHUWAH MEMBANGUN PERADABAN adalah ungkapan yang saya tulis dimana2, dikop surat, company profile , di kartu nama pengurus KSU TAJIRIN RTA sebagai MOTTO, inspirasi, pemberi semangat bagi Pengurus, Pengelola dan Anggota KSU TAJIRIN RTA untuk bekerja membangunkan kembali Koperasi yang telah didirikan sejak tanggal 27 Maret 2000.
Hari ini ungkapan “MERAJUT UKHUWAH MEMBANGUN PERADABAN” diakui atau tidak sepertinya telah membangunkan harimau yang sedang tertidur dalam jangka waktu yang begitu lama… sungguh luar biasa….. kebuntuan-kebuntuan yang selama ini begitu terasa mengganjal bagi sebagian aktivis yang nongkrong di jalan abdullah ujong rimba 26 seperti telah memberikan titik terang.. Semangat mencari solusi, bekerja secara profesional, tabligh dan amanah telah menjadi bahan diskusi sehari..
Pertemuan buka puasa bersama para ”dhuafa” di markas besar RTA pada hari khamis tanggal 12 oktober 2006 laksana suara tambo yang ditabuh untuk membangunkan orang makan sahur. Secara spontan oleh para aktivis ”dhuafa” yang setia menjaga markas RTA meripee2 mengumpulkan sumber daya dan menyusun rencana...
Rencana apakah gerangan??? Adalah buka puasa bersama di esok harinya, jum’at tanggal 13 oktober 2006 tepatnya hari ke 20 ramadhan, perbatasan antara periode magfhirah dan ’itqu minannar dengan menghadirkan para aktivis RTA yang akan dirangkai dengan bincang2 informal para aktivis tentang masa depan, masa depan RTA , masa depan Aceh dan Islam tentunya......
Meskipun acaranya dilalui dengan suasana yang penuh dengan kesederhanaan.. namun hasil bincang2 informal setelah berbuka puasa sepertinya telah memberikan inspirasi baru semua yang hadir saat itu untuk bergerak.. Sambil mengulang berkali-kali ungkapan ”MERAJUT UKHUWAH MEMBANGUN PERADABAN” para ”dhuafa” membuat agenda, rencana prioritas dan komitmen bahwa mulai hari ini kita telah bekerja untuk melanjutkan kerja-kerja kemanusiaan dalam rangka MERAJUT UKHUWAH MEMBANGUN PERADABAN. Bahkan sepertinya meminta kerelaan jamaah untuk menggunakan ungkapan MERAJUT UKHUWAH MEMBANGUN PERADABAN bukan hanya sebagai TAJIRIN melainkan menjadi milik RTA.
Banyak agenda yang disepakati... antara lain Follow-Up hasil Assesment TANGO-TIFA, pembenahan keuangan, management program, kesekretariatan, progam advokasi RTA dan Pertanggungjawaban Program yang telah dijalankan.... lebih kurang ada 32 daftar inventarisir masalah yang harus dijawab kedepan. Termasuk buka puasa keesokan harinya (sabtu tanggal 14 Okt’06)......
Pada hari berikutnya sabtu tanggal 14 Okt’06 rencana tidak meleset... quantitas para aktivis yang hadir untuk berbuka puasa pun lebih banyak. Namun sayang, saya dan bahrifal tidak dapat hadir untuk saat berbuka bersama karena telah ada agenda sebelumnya yang tak mungkin kami abaikan.. setelah shalat tharawih, Akhi/ukhty/ukhaiya kembali berkumpul, Agenda pertama yang disepakati untuk dibahas adalah bagaimana membangun sitem keuangan RTA yang profesional. Untuk hal yang satu ini kawan2 meminta saya menjadi failitator, tak mungkin ditolak....di awali pengarahan katib’am , dan dilanjutkan oleh bendahara , berbagai kendala yang ada pun mulai diunggkapakan.... judul untuk pertemuan ini saya tulis dengan ungkapan ”MERAJUT UKHUWAH MEMBANGUN PERADABAN” ......................... bersambung
By. Muslim Hasan Birga
www.mhbc.vze.com

Oct 11, 2006

JANGAN PATAHKAN KUNTUM MAWARKU

Oleh: Syech Khalil

Butiran embun mengucur dari kuncupnya
Tebaran pesona hiburkan jiwa
Kusiram kupuja karma mekarnya
Kurindu kucinta pada harumnya
Kupendam kuidam akan kembangnya

Wahai badai……!
Jangan patahkan kuntum mawarku
Izinkan kutelan semerbaknya
Walau sekar aku tak dapat
Sebab duri mengancam luka

Wahai kumbang seberang…..?
Jangan patahkan kuntum mawarku
Biarkan ia merona
Dipagari kasih sayangku

Wahai matahari….!
Hangatkan kuntum mawarku
Kuingin ia merekah
Diantara kemboja pujaan ratu.

Wahai abad….!!
Selamatkan kuntum mawarku

Wahai bayu……….!!
Selamatkan kuntum mawarku

Jangan,,jangan,,jangan patahkan
Kuntum mawarku….!!!


Atjeh,tak tertanggal

Oct 4, 2006

LATIHAN YANG KERAS DAN SEBUAH VISI YANG SAMA AKAN MEMBERIKAN HASIL YANG BAIK, HASIL AKHIR AKAN DITENTUKAN OLEH USAHA YANG DILAKUKAN

(Catatan yang belum selesai)
Oleh: MUSLIM HASAN BIRGA

Itulah komentar yang diucapkan oleh Angela Merkel (Kanselir Jerman) ketika diwawancarai oleh sebuah TV di Jerman sesaat setelah Kesebelasan Jerman memastikan diri lolos ke babak perempat final World Cup 2006 bulan Juni lalu. kalau kita simak komentar tersebut bukan kalimat yang sederhana, melainkan sebuah untaian kata yang sarat dengan makna, mudah diucapkan tapi belum tentu mudah dilaksanakan. Semua kita pasti menyadari akan pentingnya latihan yang keras, untuk mengasah kemampuan baik itu individu, kelompok maupun komunitas yang lebih luas. Sejak kita lahir kita memang telah melakukan serangkaian latihan sehingga kita mampu berdiri tegak serta berpikir untuk mempertahankan hidup. Sehingga lahirlah berbagai ilmu pengetahuan yang memberikan kita kemudahan-kmudahan untuk mempertahankan hidup.

Mempertahankan hidup terhadap berbagai ancaman yang datang menyerbu baik itu dari dalam maupun dari luar adalah karakteristik yang tidak dapat dipungkiri bagi makhluk ciptaan tuhan dimuka bumi ini. Berapa banyak energi yang telah dihabiskan oleh para makhluk dimuka bumi ini untuk mempertahakan hidupnya, baik itu yang berasal dalam diri masing2 maupun yang berasal dari intervensi pihak luar?? Sungguh sudah tak terhitung banyaknya. Sehingga setiap saat selalu saja ada hal yang baru muncul kepermukaan sebagai reaksi dari mempertahankan hidup. Sebagai contoh berapa banyak gajah yang turun dari hutan mengobrak abrik kemukiman masyarakat akibat kelangsungan hidupnya merasa terancam, berapa hektar hutan yang perawan dibabat oleh oknum demi mencari sesuap nasi untuk mempertahankan hidupnya dan kelompoknya, berapa banyak spesies ikan langka yang telah diekplorasi oleh para pemburu untuk dijual dengan harga mahal guna meraup keuntungan, berapa juta sudah nyawa manusia yang melayang akibat perang dalam memperebutkan sumberdaya?. Berapa banyak uang yang telah dihabiskan oleh para donatur untuk menyelamatkan hutan sebagai sumber kehidupan manusia? Sungguh tak terhitung jumlahnya bukan???

Mempertahankan hidup merupakan tujuan utama bagi setiap makhluk dimuka bumi, tak terkecuali manusia. Apalagi kalau kita membaca teori Malthus yang mengatakan pertumbuhan jumlah penduduk dimuka bumi mengikuti deret ukur sedang pertumbuhan jumlah makanan (produksi) mengikuti deret hitung. Sungguh mengerikan...... dimana suatu saat manusia akan kekurangan makanan (matee deuk). Sehingga malthus memberikan solusi untuk mengatasinya antara lain dengan bencana alam yang dahsat, perang, atau datangnya wabah penyakit, sehingga jumlah penduduk akan berkurang secara drastis dan akan mampu diimbangi oleh pertumbuhan produksi. Teori malthus tersebut memang sungguh kejam, tetapi kenyataannya memang demikian, sebagaimana yang saya utarakan dalam paragraf diatas.

Kalau kita bercermin ke tanah kelahiran kita Aceh, nampaknya hipotesis Malthus memang belum terjadi. Di Aceh memang belum kita dengar adanya orang yang mati kelaparan secara masal. Aceh memang daerah yang kaya akan sumberdaya, bahkan lebih sehingga dapat ekspor keberbagai belahan dunia lain sebagaimana yang telah pernah dilakukan oleh para endatu kita sebelumnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana Aceh hari ini???

Sejak gempa dan tsunami melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang menghilang ratusan ribu nyawa manusia dan menghancurkan berbagai infra dan suprastruktur kehidupan Telah menimbulkan simpati berbagai bangsa dibelahan dunia untuk berempati kepada Aceh. Berbagai bentuk bantuan mengalir deras bak airbah dari gunung yang telah gundul.. ... Ada kesan keselamatan manusia Aceh terancam, apakah itu ancaman kelaparan, wabah penyakit atau lainnya. Disisi lain realitas ini telah membuka mata berbagai pihak untuk melihat Aceh yang lebih luas lagi, ADA APA DENGAN ACEH?????
Berbagai penelitian pun dilakukan oleh para ahli untuk membedah segala persoalan yang melilit kehidupan rakyat Aceh. Memang tanpa penelitian pun secara kasat mata kita dapat melihat bahwa kehilangan dan kehancuran yang melanda Aceh bukan hanya disebabkan oleh tsunami, melainkan telah banyak bencana-bencana lain yang telah duluan datang yang tak pelu disebutkan secara detail dalam coretan ini. Berbagai resep pun ditawarkan oleh berbagai pihak untuk memulihkan Aceh. Semua menuju pada visi yang sama yaitu menyelamatkan Aceh.

Makanya tak heran Aceh saat ini didatangi oleh berbagai bangsa, lembaga dan sebagainya untuk mengatarkan resep bagi pemulihan Aceh. Sehingga Aceh saat ini adalah lahan yang paling subur untuk para pencari kerja... terlepas resep yang dibawa itu mujarap atau bahkan semakin memperparah belum dapat kita simpulkan sampai dengan saat ini... karena hasil akhir dari semua ini akan sangat ditentukan oleh usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat Aceh sendiri yang diposisikan sebagai benefeceries. Pihak2 yang terlibat dan proses RR begitu istilah populer sekarang, pasti telah menetapkan targetnya masing2..

Berhasil tidaknya para pihak yang bekerja di Aceh akan dirasakan oleh masyarakat Aceh itu sendiri.. kita hanya bisa bercita-cita dan bekerja. Impian Aceh kedepan yang lebih bermartabat adalah impian semua pihak. Mudah2an impian itu berbanding lurus dengan usaha dan impian kita,,,,, dan jangan lupa bahwa diatas langit ada langit..... kita tunggu tanggal mainnya.........!!!!!!!

SEKILAS SEJARAH GAMPONG BIREUEN MNS TGK DIGADONG (BIRGA)


Desa yang berada tepat di KM 1 jalan Gayo bireuen ini telah ada semenjak Kerajaan Aceh Darussalam masih jaya-jayanya menguasai hampir seluruh pulau Sumatera dan sebagian semenanjung Malaya, sering diceritakan oleh orang-orang tua tentang kunjungan kerja para Sulthan Aceh keberbagai pelosok Gampong dalam Kerajaan Aceh Darussalam.

Suatu ketika sewaktu Sulthan Iskandar Muda Perkasa Alam yang sering disebut oleh rakyat POTEUMEUREUHOM MEUKUTA ALAM mengadakan kunjungan kerja sampai disebuah desa kira-kira diKemukiman Bireuen Sekarang, Sulthan disambut dan dielu-elukan dengan meriah oleh puluhan ribu rakyat yang telah menantikannya sejak dari pagi hari dalam barisan panjang. Rakyat telah berdatangan dari seluruh berbagai pelosok desa, bahkan sampai-sampai ada yang datang dari tanah Gayo.

Mengenai nama Gampong Tengku Digadong, siapakah beliau, dari mana asal-usulnya, diketahui bahwa beliau adalah seorang ulama yang mengajar ilmu Agama Islam setelah menetap di Gampong ini dan menurut keterangan yang diberikan oleh orang-orang tua terdahulu beliau sangat menyukai menu makanan yang berasal dari buah Gadong sehingga orang-orang digampong ini untuk menhormati dan menghargai jasa beliau sebagai seorang Ulama maka orang tua digampong ini mengambil suatu kesimpulan untuk menamakan nama dari Gampong ini dari kejadian tersebut sehingga menjadilah nama gampong dengan nama Mns Tgk Digadong.

Demikianlah sekilas cerita tentang asal dari mana nama gampong ini diberikan nama dan kita doakan semoga nama ini akan menjadi suatu do’a yang akan membawa gampong ini kearah Baldatul Thaibatun Warabbul Qafur.